Talaga Sampireun. Menikmati kuliner bercita rasa Sunda di Jakarta pastilah tidak sulit. Namun menikmati kuliner Sunda di Restoran Sunda terbesar di Jakarta? Jawabannya cuma satu, di sebuah resto yang terletak di kawasan Ancol Taman Impian, Jakarta Utara.
Bersama sejumlah blogger saya diundang mencicipi sajian Sunda khas Talaga Sampireun Ancol yang baru soft opening akhir tahun lalu. Resto ini letaknya mudah dicapai, tak jauh dari Dunia Fantasi Ancol. Keberadaan resto ini cukup mencolok. Menempati areal seluas 1.8 hektar bisa jadi ini adalah resto sunda terbesar di Jakarta.
Di lantai bawah, selain di ruangan, juga disediakan saung sebanyak 23 unit yang beberapa diantaranya ber-AC. Kemudian di tengah telaga terdapat floating deck yang menjadi tempat favorit pengunjung di sore hingga malam hari.
Sementara di lantai atas tersedia sejumlah ruangan yang bisa digunakan untuk pertemuan, ulang tahun, maupun gathering dalam bentuk kecil. Selain itu juga disediakan ruang wedding hall yang diperuntukkan bagi pesta pernikahan berkapasitas 700 tamu berdiri.
Atmosfer Danau
Seperti di Bintaro, Talaga Sampireun Ancol masih menawarkan atmosfer danau sebagai tema restorannya. Nama Talaga Sampireun sendiri dalam bahasa Sunda berarti tempat singgah di tepi danau. Pengunjung bisa makan di saung tepat di atas danau dengan iringan gemericik air dari air mancur yang menyebar di sekitar danau. Meski sama-sama mengusung tema danau, disini ada yang berbeda. Pengunjung bisa berkuliner sambil memberi makan ikan yang banyak bersliweran di danau buatan. Sensasinya serasa makan di atas balong (kolam ikan dalam bahasa sunda).
Jumlah saung yang disediakan di Ancol memang tak sebanyak Bintaro. Namun jumlah meja di area floating deck (area yang menjorok ke tengah danau) lebih banyatak karena menjadi spot favorit para pengunjung. Area floating deck disukai pengunjung yang datang berpasangan, yang ingin menikmati suasana romantis di sore dan malam bertabur bintang maupun kerlip lampion yang menggantung di sekitar deck.
Bagaimana dengan sajian makanannya?
Soal makanan, di sini hanya ada dua level sajian makanan, enak dan enak banget. Pindang Patin Bakar Bambu misalnya adalah salah satu sajian unik yang harus dicoba. Ikan patin diberi rempah-rempah dan dibungkus daun pisang, kemudian dibakar dalam bambu berukuran besar selama 4 jam. Rasanya mirip dengan pepes, namun memiliki rasa rempah-rempah yang lebih kaya. Dan sensasi rasa dari bambu yang dibakar menambah eksotis sajian ini.
Jangan lewatkan pula udang bakar madu yang juara. Udang windu besar dibakar di atas bara api dan dibalur saus madu. Penyajiannya, udang setelah dibakar ditaruh di atas hotplate untuk menjaga udang tetap panas saat disajikan. Rasanya? Manis-manis creamy.
Ada pula sejumlah jenis sup yang ditawarkan seperti sup gurame, sup buntut dan sup iga garang asam. Saya mencoba Sup Iga yang terlihat menggoda. Iga dimasak dengan aneka sayuran segar, diantaranya tomat hijau serta belimbing wuluh yang menerbitkan sensasi rasa asam yang segar.
Ada pula ikan dori yang dimasak dengan bumbu rahasia ala Sampireun. Tekstur ikan yang lembut berpadu dengan bumbu yang kuat dan pedas sempat membuat Indra salah satu blogger kalap. Rupanya ia ketagihan. Satu porsi ikan dori yang berhasil dikuasainya tak cukup membuatnya puas, sehingga terpaksa mengakuisisi piring sebelah.
Bahan Segar dan Berkualitas
Salah satu komitmen Sampireun yang dipegang teguh adalah memberikan sajian berbahan baku terbaik dan segar. Untuk membuktikan kesegaran olahan bahan pangan yang digunakan, Mbak Ati humas Sampireun mengajak kami tur de kitchen untuk menyaksikan secara langsung bagaimana kru dapur meracik makanan sejak awal hingga terhidang di meja pengunjung.
Kami diajak melihat kolam-kolam tempat beragam ikan ‘parkir’ sebelum menjadi hidangan lezat. Di kolam yang tak seberapa besar saya lihat ada beberapa jenis ikan seperti gurame, lele, mas, hingga patin. Khusus untuk gurame ada dua jenis yang dipisahkan habitatnya, satu kolam khusus untuk gurame terbang, dan satu lagi untuk sup gurame yang berukuran lebih kecil. Menurut chef Sampireun, Pepen Pendi, dalam sehari mereka bisa menghabiskan 100 kilogram ikan berbagai jenis untuk disajikan.
Kami juga ditunjukkan ke gudang tempat penyimpanan ikan, daging, maupun sayuran. Kesemuanya menggunakan alat pendingin untuk menjaga kesegaran bahan sebelum diolah.
Dan yang paling menarik adalah kunjungan ke dapur, tempat para juru masak berjibaku menyiapkan pesanan. Panasnya… Karena dapur tetap running saat kami berkunjung. Juru masak tak terpengaruh kehadiran kami yang kadang sibuk bertanya ini itu sambil sesekali memotret proses memasaknya.
Kunjungan ke dapur juga saya manfaatkan untuk melihat-lihat bahan masakan serta bumbu dapur yang digunakan apakah halal atau tidak. Ternyata dari pengamatan sekilas semua bahan yang digunakan menggunakan bahan bersertifikasi halal. Buat saya yang muslim ini penting karena menimbulkan rasa aman dan nyaman saat bersantap.
Usai tur de kitchen, rombongan diberi penjelasan mengenai sejarah berdirinya Talaga Sampireun serta rencana pengembangan usaha dalam jangka panjang. Setelah Ancol, Sampireun bakal membuka cabang baru di kawasan Puri Indah, Jakarta Barat. Konon cabang baru tersebut bakal lebih ‘wah’ konsepnya. Penasaran. Seperti apa, tunggu bulan Mei mendatang.
wuihhh… sambalnya… jadi pen nyocollll…
sangat wajib banget tuh gan di coba , kayak nya mantap nanti untuk berbuka bersama baren dengan keluarga
terimakasih atas postingan nya salam hangat
Fit, bukan daun tapi kembang pepaya. beneran juara
wah aku gak nemuin tuh. apa aku kurang jeli ya?
hmmm yummy harus coba nih kesana 🙂
recomended chan. tapi harganya aduhai… hahaha…