0 0
Read Time:3 Minute, 56 Second

Apa yang paling memprihatinkan dari sebuah negeri bernama Indonesia? Kalau harus membuat urutan jawabannya adalah soal berbahasa. Harusnya kita bangga karena kita punya bahasa sendiri, yang membedakan kita dengan bangsa Amerika sekalipun. Meski disebut negara adidaya tapi bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa Inggris.

Dengan populasi lebih dari 200 juta jiwa sebenarnya kita punya potensi menduniakan bahasa Indonesia. Tapi yang terjadi adalah kita menyia-nyiakan kesempatan itu. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir penggunaan bahasa Indonesia di ranah publik makin memprihatinkan.

Tengok saja yang dilakukan sebuah stasiun tv berita. Nyaris semua acaranyanya menggunakan nama berbahasa Inggris. Sekedar menyebut beberapa, ada Headline News, Kick Andy, Today’s Dialogue, Just Alvin, Archipelago, Breaking News, Secret Operation hingga Live Event. Jika acaranya sesuai dengan nama programnya mungkin tak jadi soalnya. Tapi yang saya sebut tadi nama acaranya dalam bahasa Inggris namun isinya seratus persen dalam bahasa Indonesia. Ini tv Amerika atau tv lokal Indonesia? Kenapa menggunakan nama Inggris, memang acara-acaranya ditujukan buat siapa ? Pertanyaan yang tak pernah terjawab hingga kini.

Saya curiga jangan-jangan stasiun tv dimaksud hanya sekedar ingin ‘gaya’, ingin dibilang lain dari yang lain. Berbeda memang tak ada salahnya, tapi berbeda untuk tujuan yang tidak jelas, justru membingungkan. Bukankah sifat media harusnya ikut dalam gerakan mencerdaskan bangsa? Bagaimana bangsa ini bisa cerdas kalau disuguhi ketidak elokan dalam berbahasa?

Kegenitan berbahasa asing juga bisa dilihat dari penggunaan nama gerakan cinta Indonesia setelah terjadinya ledakan bom Mega Kuningan. Para aktivis menamai gerakannya sebagai Indonesia Unite. Duh, segitu parahkah bahasa Indonesia sehingga untuk acara peduli pada bangsa sendiri harus menggunakan istilah asing?

Contoh lainnya adalah penggunaan bahasa campuran Indonesia-Inggris dalam lagu. Melly Goeslaw adalah nama salah satu musisi yang bisa disebut merusak kaidah dan keindahan bahasa Indonesia. Ia meramu bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris begitu rupa. Konon ia melakukan itu dengan maksud agar lagunya tak sekedar menjadi jago kandang di negeri sendiri, tapi juga bisa beredar di telinga penggemar musik di Malaysia atau  Singapura yang bahasanya gado-gado itu.

Sebuah alasan yang aneh menurut saya. Tanpa disadarinya, pencampuradukan bahasa menyebabkan kaidah bahasa Indonesia hancur baur. Meski harus diakui bahasa Indonesia tumbuh bukan hanya dari kekayaan bahasa lokal saja, melainkan percampuran serapan bahasa asing. Namun mencapur adukkan bahasa adalah sebuah tindakan salah kaprah.

Lihat saja lirik lagu Lets Dance Together ciptaan Melly yang dipopulerkan Bukan Bintang Biasa.

Let’s dance together
Get on the dance floor
The party won’t start
If you stand still like that
Let’s dance together
Let’s party and turn off the light

Berdiri semua di ruang yang redup
Bercahaya bagai kilat

Aku dan yang lain
Menikmati semua
Irama berderap kencang

Tak ada Gundah
Hilang semua penat di dada


Lihat DJ memainkan musik
Disko dimulai….

Apa yang dilakukan Melly kemudian menjadi tren. beberapa musisi kemudian melakukan langkah serupa, membuat lagu dalam bahasa gado-gado.

Daftar kesalah kaprahan ini bisa sangat panjang. Para pejabat negara atau politisi pun setali tiga uang. Mereka kerap bicara dalam forum publik dengan mencampuradukkan bahasa. Mereka kerap menggunakan banyak kata asing saat berpidato atau bicara di tv. Padahal sebenarnya bisa dicari padanan bahasa Indonesianya. Ini lagi-lagi memprihatinkan. Pejabat atau tokoh publik adalah panutan. Jika mereka tidak bisa tertib berbahasa, apa kata dunia?

Lalu mengapa kenyataan demikian mengemuka begitu jelasnya di negeri ini? Jawabannya sederhana, kita ini bangsa yang sombong dan tak percaya diri. Merasa keren kalau berbicara  dalam bahasa asing, apalagi di depan orang banyak. Tak peduli apakah grammar atau tata bahasanya benar yang penting keren. Mungkin mereka beranggapan status sosialnya akan meningkat jika menyelipkan banyak istilah bahasa asing dalam pembicaraan publik. Padahal asli, bukannya membanggakan tapi membingungkan!

Saya berharap sekaligus bermimpi semoga ke depan kita semua menghargai jerih payah para pendahulu kita yang berjuang menegakkan bahasa kita, bahasa Indonesia. Mereka pasti punya harapan, suatu saat bahasa Indonesia bisa  sejajar dengan bahasa lain di dunia. Contohlah bangsa Perancis yang begitu sombongnya dalam berbahasa. Mereka sangat bangga hingga munculan enggan belajar bahasa lain.

Begitu pula dengan bangsa Jepang. Kebanggan bangsa Jepang malah mewujud dengan penterjemahan semua literaur asing ke dalam tulisan kanji. Hasilnya, Jepang pun bisa menguasai dunia, karena ilmu dari negara maju mereka serap semua dengan kemampuan berbahasanya.

Saya tak hendak menyalahkan mereka yang terlanjur cinta dengan bahasa asing. Tapi ingat gunakan seperlunya, sesuai tempat dan kondisinya. Jika masih berada di negeri ini, dengan mayoritas warganya yang awam bahasa asing, lebih baik dan lebih membanggakan menggunakan bahasa Indonesia. Wibawa kita tak akan jatuh hanya karena kita berpidato seratus persen menggunakan bahasa Indonesia. Toh khalayak yang dituju pun adalah bangsa sendiri.

Dan saya yakin acara tv yang baik akan diapresiasi publik begitu rupa, meski hanya menggunakan nama lokal  seperti Dunia Dalam Berita, Liputan enam Terkini, atau Tertawa Tengah Malam. Saya juga percaya kita akan menjadi bangsa yang besar jika kita bangga akan bahasa nasional kita sendiri.

About Post Author

syaifuddin sayuti

Ex jurnalistik tv yang gemar makan dan travelling. social media addict, ex Kepsek Kelas Blogger, admin BRID.
Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %