0 0
Read Time:3 Minute, 27 Second
Suasana Workshop, Super Padat Pesertanya (foto dokpri)

Suasana Workshop, Super Padat Pesertanya (foto dokpri)

Rumah Dunia. Agak provokatif memang judul artikel ini. Apa benar dengan menulis seseorang bisa jadi pengusaha? Bukankah dunia penulisan habitatnya berjauhan dengan dunia usaha? Begitu yang ditanyakan sejumlah teman penulis Banten, saat workshop Kelas Blogger bertema Bloggerpreneur digelar, Minggu (14/2) di Rumah Dunia, Serang.

Kalau pertanyaan itu dijawab dengan menyodorkan sejumlah nama penulis beken macam Andrea Hirata, Alberthine Endah atau Ahmad Fuadi mungkin pertanyaan itu akan selesai di situ. Memang mereka adalah beberapa dari banyak nama penulis produktif di negeri ini yang karyanya selalu menghiasi rak-rak toko buku.

Tidak hanya mereka, di negeri seberang sana ada pula J.K Rowling yang berkat novel best seller-nya Harry Potter menjadi salah satu orang terkaya di Inggris Raya. Soal penghasilan, penulis di negeri ini mungkin masih jauh dari yang diterima oleh seorang J.K.Rowling. Di banyak negara maju penulis buku sudah bisa jadi profesi yang menjanjikan. Sejajar dengan profesi lain yang lebih dulu kita kenal macam artis, dokter atau pengusaha.

Lalu, apakah para penulis itu bisa dikategorikan sebagai pengusaha? Bisa, sangat bisa. Mereka bekerja sendiri, membuat tulisan, melakukan riset pasar, memasarkan karyanya dan menangguk pundi-pundi uang dari hasil karyanya yang terjual.

Sharing Mendapat Peluang dari Blogging (foto koleksi Tias Tatanka)

Sharing Mendapat Peluang dari Blogging (foto koleksi Tias Tatanka)

Begitu juga dengan dunia blog. Nge-Blog pada dasarnya juga merupakan kegiatan tulis menulis. Dari kegiatan ini banyak blogger yang sudah bisa menjadikannya sandaran hidup. Dalam workshop saya paparkan betapa dunia blogging banyak memerikan peluang, kesempatan dalam berbagai bidang. Tidak hanya uang atau materi, namun juga kesempatan lain misalnya menjadi penulis biografi, penulis naskah film, atau pembuat review makanan

Saya juga mengingatkan pada peserta workshop bahwa di dunia blog berlaku hukum orisinalitas. Konten yang baik itu adalah yang orisinal. Konten yang dibuat oleh kita sendiri dan bukan hasil copy paste atau menjiplak dari tulisan blogger lain jelas punya nilai tambah. Pengunjung atau pembaca blog akan mudah mengingat konten yang kita buat, dan bila dipelihara dengan baik konten itu akan menciptakan peluang-peluang.

Selingan Pembacaan Puisi (foto dokpri)

Selingan Pembacaan Puisi (foto dokpri)

Datangnya peluang kadang secara tak sengaja. Konsistensi menulis mengenai suatu tema misalnya, akan berbuah manis di kemudian hari. Misalnya seseorang yang terbiasa membuat review produk meski bukan review berbayar, di lain hari jika tulisan itu bagus dan dibaca agency atauĀ  brand bakal berbuah project tulisan. Ini sudah kerap kali saya rasakan.

Kegemaran jalan-jalan yang kemudian dijadikan kisah di blog, juga bisa dijadikan sebuah peluang. Kita akanĀ  diundang untuk traveling gratis ke banyak tempat. Bahkan jika kita rajin posting, brand akan mengikuti kita dan ‘harga’ kita akan naik.

Intinya adalah konsisten ngeblog, rajin update postingan, rajin blogwalking, menitip link di banyak tempat dan tentunya yang tak boleh dilupakan adalah rajin bersosial media. Sebab sosial media bak marketplace tempat memasarkan tulisan kita.

Teknologi Mengubah Habit

Sementara itu Hendra Kwik dari kudo yang tampil di sesi kedua memaparkan perubahan teknologi yang kini mengubah sendi kehidupan bermasyarakat. Kebiasaan orang berubah, sejak bangun tidur, beraktivitas keseharian hingga tidur di malam hari. Orang modern kini tak bisa lepas dari gadget. Selain memantau perkembangan informasi, gadget juga digunakan sebagai alat mempermudah hidup.

Kang Arul in action (foto dokpri)

Kang Arul in action (foto dokpri)

Selain itu, juga terjadi banyak perubahan dalam bisnis. Jika dulu bisnis butuh modal besar, menggunakan tempat yang luas, kini banyak pengusaha pemula yang bisa melakukan bisnis hanya dengan modal minim dan tak punya sarana seperti kantor yang real.

Hendra mencontohkan apa yang dilakukan sejumlah e-commerce seperti Ebay, Alibaba atau Amazon adalah contoh nyata. Mereka tak punya gudang barang yang nyata, namun toko virtual mereka melayani pemesanan barang dari jutaan pelanggan seluruh dunia.

Sementara itu di sesi terakhir Kang Arul memaparkan lika-liku bagaimana seorang blogger juga bisa menjadi seorang buzzer. Menurut kang Arul, tidak terlalu sulit menjadi seorang Buzzer namun bukan berarti mudah menjadi buzzer yang baik.

Untuk menjadi seorang buzzer dibutuhkan keluasan pengetahuan, pemahaman pada produk knowledge dan keunikan. Makin unik konten yang dibuat maka makin mudah pesan yang disampaikan sampai ke target.

About Post Author

syaifuddin sayuti

Ex jurnalistik tv yang gemar makan dan travelling. social media addict, ex Kepsek Kelas Blogger, admin BRID.
Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %