
Rumah Kita, rumah singgah YKAKI (foto dokpri)
Rumah Singgah YKAKI. Ada senyum dan semangat yang terlihat dari wajah anak-anak di rumah singgah pasien kanker anak YKAKI. Beberapa pasien anak di sini hilir mudik, sesekali tersenyum dan menyapa tamu yang hadir.
Siapa menyangka di balik senyuman dan energi positif yang mereka pancarkan, terselip penyakit kanker dalam berbagai kondisi di tubuh mereka. Namun mereka seolah tak hirau dengan penyakit yang bersarang di tubuh mereka. Berkumpul bersama sesama penderita kanker, bermain dan belajar layaknya anak-anak lain di luar sana.
Adalah Fathul, bocah berusia 7 tahun yang berpipi chubby. Di sela-sela pengobatan kanker darah ia masih sempat bermain dengan sebayanya dan belajar di kelas. Selama tinggal di rumah singgah ia ditemani sang ibunda. Rumahnya di Cikarang membuat keluarga ini memutuskan tinggal di sini saat menjalani pengobatan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Jarak rumah yang cukup jauh dari rumah sakit membuat sang ibu mesti memperhitungkan tenaga dan biaya yang harus dikeluarkan jika harus bolak-balik ke RS.

Ibu Dwi dan Fathul Putranya (foto dokpri)
“Di sini lumayan terbantu, karena jarak ke rumah sakit dekat. Saya tak perlu berangkat pagi buta untuk kemoterapi anak saya. Dan anak sayapun tidak terlalu lelah diajak mondar-mandir ke rumah sakit,” ujar ibu Dwi yang setia menemani anaknya berobat.
Anaknya yang menderita Leukimia harus terus menjalani kemoterapi. Kadang hampir tiap hari dilakukan terapi oleh rumah sakit. Jika jarak antar terapi berjauhan hari biasanya mereka pulang terlebih dahulu ke rumah. Nanti mereka kembali di hari yang ditentukan pihak RS.

Bersama Ricky, Pasien Kanker Nasofaring yang Ceria (foto dokpri)
Saya juga bertemu dengan Ricky Yusuf, pasien kanker nasofarink asal Bekasi. Remaja ini sudah setahunan menderita kanker dan tengah berjuang mengupayakan penyembuhan di RSCM. Saat saya ajak berfoto dan memberinya semangat Ricky sangat senang.
Menurut Ricky, berada di Rumah Kita membuatnya selalu optimis memandang hidup. Ia senang karena bisa berbagi cerita dengan pasien maupun keluarga lainnya.
Ricky dan Ibu Dwi adalah pasien dan keluarga yang beruntung karena memperoleh tempat tinggal sementara di Rumah Kita selama berobat di RS.
Kehilangan Anak dan Berbagi
Rumah Kita didirikan Irawati Soelistyo bersama rekannya setelah ia kehilangan putra tercintanya akibat Kanker. Segala cara sudah dilakukan Ira dan keluarga demi kesembuhan sang anak. Bahkan Ira juga sempat membawa anaknya berobat hingga dua kali ke negeri Belanda. Pengobatan yang lama dan membutuhkan biaya besar mengharuskannya tinggal di sebuah rumah singgah saat di Belanda.

Irawati Sulistyo, founder YKAKI (foto dokpri)
Pengalaman itul menjadi salah satu alasan mengapa ia kemudian mendirikan Rumah Kita. Ira bisa memahami betapa repotnya orang tua yang datang dari luar kota dan harus menemani berobat anaknya di RSCM atau RSPAD (Rumah Sakit TNI Angkatan Darat) Jakarta.
“Terbayang kerepotannya jika di ibukota juga tak punya keluarga yang bisa menampung. Padahal pengobatan kanker tak bisa dilakukan sesekali, ia harus kontinyu. Itulah pentingnya rumah singgah bagi keluarga pasien kanker,” jelas ibu Ira.
Saat didirikan Rumah Kita adalah hasil urunan para pengurus yang memiliki keprihatinan yang serupa. Waktu itu mereka menempati rumah kontrakan yang berukuran kecil.

Suasana factory Visit ke YKAKI (foto dokpri)
Rumah singgah yang dikelola YKAKI di Jakarta menempati dua bangunan rumah. Satu rumah diantaranya masih menyewa. Di masing-masing rumah tinggal belasan anak dan keluarganya. Mereka berasal dari berbagai kota di luar Jakarta dan berobat dengan fasilitas BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan.
Hari Kamis (19/1) bersama sejumlah blogger dan awak media saya bertandang ke Rumah Kita yang dikelola Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia di kawasan Percetakan Negara, Jakarta Pusat. Kunjungan ini adalah bagian dari Factory Visit yang dilakukan Alfamart ke sejumlah mitra bantuannya.
Untuk berkunjung kemari harus mengikuti aturan ketat yang dibuat pihak yayasan. Semua pengunjung harus mencopot sepatu dan meletakkan di rak yang ada di teras. Setelah itu harus mencuci tangan di bak cuci yang juga ada di teras. Bukan apa-apa, karena kita akan bertemu dengan pasien kanker yang kondisi kesehatannya sensitif, yang harus berada dalam kondisi bersih.
Selama di dalam rumah, pengunjung juga diharuskan mengenakan sandal jepit.
Rumah singgah ini memiliki dua lantai. Lantai dasar digunakan sebagai public area, tempat pasien dan keluarganya berkegiatan dan berkumpul. Sementara lantai dua digunakan sebagai ruang beristirahat. Ruang istirahat sendiri disetting seperti layaknya asrama dengan kasur-kasur berukuran sedang untuk tidur di sebuah ruangan besar.
Untuk bisa tinggal dan menginap di Rumah Kita, pasien dan keluarganya hanya diminta membayar sebanyak 5 ribu rupiah perhari. Namun ini sifatnya tidak mengikat, karena bila pasien tidak memiliki biaya mereka boleh tinggal secara gratis.
Semua kebutuhan pasien dan keluarganya berupa makan dan minum disediakan pengelola Rumah Kita. Namun para keluarga tiap harinya diberi kewajiban mengurus persoalan rumah secara bergotong royong. Ada jadwal piket yang terdiri dari aktivitas beberes rumah, berbelanja di pasar hingga memasak. Semua harus menaati jadwal yang sudah disusun karena piket tersebut dibuat untuk kepentingan bersama.
Donasiku Membantu Sesama
Rumah Kita adalah salah satu lembaga sosial yang diberikan donasi oleh PT.Sumber Alfaria Trijaya yang mengoperasikan jaringan ritel Alfamart melalui program Donasiku. Donasi yang diberikan ke Rumah Kita dikumpulkan dari sumbangan konsumen Alfamart.

Nur Rachman, GM Corporate Communication Alfamart (foto dokpri)
Donasiku sendiri pada dasarnya ada dua macam, yakni donasiku belanja dan donasiku bebas. Donasiku belanja biasanya ditawarkan pada konsumen untuk mendonasikan sisa uang kembalian pada mitra Alfamart yang sudah ditentukan. Sementara Donasiku Bebas memberikan kebebasan pada konsumen menyalurkan uang kembaliannya pada lembaga yang ia inginkan.
Menurut Nur Rachman, GM Corporate Communicaton Alfamart, pihaknya sejak tahun 2014 menggandeng YKAKI sebagai mitra Corporate Social Responsbility (CSR). Melalui Donasiku, pihaknya memberikan bantuan dana operasional rumah singgah dan membangun rumah singgah di sejumlah daerah.
Untuk tahun 2017, Alfamart rencananya akan membangun rumah singgah pasien kanker anak di kota Makassar, Pekanbaru, Semarang dan Malang.
Apa yang dilakukan Alfamart dan konsumennya dengan Donasiku semoga memberikan asa bagi pasien kanker anak yang tengah berjuang mencari kesembuhan.
Emang sih ya kalau jarak tempuh dr rumah ke RS jauh, bisa buat anaknya cape ya, untung ada rumah singgah, jd ga terlalu jauh 🙂
bener mbak Tanti, kesembuhan datangnya dari Allah. Manusia hanya bisa berupaya dan berdoa. Apa yang dilakukan rumah singgah adalah bagian dari upaya tersebut. Bener-bener liputan yang mengaduk-aduk emosi.