0 0
Read Time:2 Minute, 39 Second


#Day 5

Hari ini full aktivitas. Sejak pagi berkemas membawa segenap perlatan tempur. Selain berencana ke rumah ortu, kami juga berencana menjalankan ittikaf di mesjid. Semua barang bawaan kami masukkan ke bagasi. Bagasi pun penuh dengan aneka barang bawaan, mulai dari selimut, bantal, guling, hingga pakaian. Semuanya muat dalam bagasi. Melihat bawaan kami pastinya ada yang menyangka kami bakal camping atau liburan.

Persiapan Ittikaf: Bantal, guling, kue, sepatu, baju masuk bagasi

Perjalanan pertama dimulai dengan mengantar kue ke rumah ortu di joglo kebon jeruk. Seru. Anak-anak becandaan sepanjang perjalanan. Mereka sangat menikmati perjalanan, meski kita tempuh di tengah terik mentari yang menyengat.

Perjalanan siang itu juga diwarnai kemacetan parah di arteri Pondok Indah. Untungnya AC berjalan optimal sehingga kami semua yang ada di dalam kabin tetap nyaman. Enjoynya anak-anak terlihat dari tidur mereka yang tak terusik kemacetan sepanjang perjalanan.

Macet Parah, March Tetap Nyaman

Biasanya saya juga mengutuk kemacetan, namun kali ini tidak. Mungkin karena performa March yang enteng, injakan gas maupun koplingnya tak menyakitkan kaki, sehingga tak membuat kaki lekas lelah.

Di rumah ortu, ponakan rame lihat mobil March. Mereka menyangka itu mobil kami yang baru. Mereka juga minta diajak jalan keliling komplek. Okelah, kapan lagi nyenengin ponakan.

Bapak juga sempat tanya-tanya kehandalan March. Saat saya jelaskan konsumsi BBM-nya, bapak terkaget-kaget. “Wah, kalau segitu sih super irit tuh! Hemat banget dong”. Saya hanya senyum-senyum saja sambil menunjukkan panel indikator BBM yg masih cukup banyak.

Selepas Ashar dan mandi, rombongan lenong langsung meluncur ke Salemba menjemput bundanya anak-anak untuk berbuka puasa.

Buka puasa kali ini memang spesial. Karena selepas buka, kami berencana menginap di mesjid untuk beritikaf. Ini merupakan ittikaf pertama yang melibatkan seluruh anggota keluarga.

Istri dan anak-anak sangat antusias menanti momen ini.

Bunda, Nabila, Ninis

Kami sengaja memilih lokasi ittikaf di Mesjid Bimantara kebon sirih. Lokasi yang sangat familiar karena sudah kerap kami kunjungi. Mesjid ini juga berukuran tidak terlalu besar sehingga anak-anak akan mudah mencapai toilet dari tempat menginap di mesjid.

Bagi si sulung Ihsan, menginap di di luar rumah bukan pengalaman pertama. Sebelumnya ia beberapa kali menginap di sekolah dan sempat ikut perkemahan dengan pramuka. Namun bagi Nabila dan Ninis ini adalah pengalaman pertamanya. Keduanya sempat kesulitan tidur karena tak terbiasa tidur di ruang terbuka dengan ratusan orang di sekitarnya.

Seperti biasa Ittikaf di 10 hari terakhir Ramadhan diisi dengan membaca Al Qur’an, ceramah agama serta diakhiri dengan Qiyamul Lail atau sholat malam berjamaah.

Yang menarik adalah saat makan sahur. Saya bawa anak-anak mencoba makan sahur di tempat yang tak biasa, yakni di warung tegal alias warteg. Buat saya atau bundanya warteg bukan barang baru. Sejak kuliah kami sudah akrab dengan tempat makan murah meriah ini. Tapi tidak bagi ketiga krucil.

Wow mereka makan dengan lahapnya! Tempat yang bersahaja ini ternyata tak melunturkan semangat mankan sahur mereka. Alhamdulillah.

Dan usai shalat subuh, kami sempatkan berjalan-jalan ke seputar Jakarta kota. Kapan lagi bisa putar-putar di kota yang mulai lengang ditinggalkan warganya mudik lebaran.

About Post Author

syaifuddin sayuti

Ex jurnalistik tv yang gemar makan dan travelling. social media addict, ex Kepsek Kelas Blogger, admin BRID.
Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %