0 0
Read Time:3 Minute, 48 Second
Pintu Masuk Kuburan Londa (foto dokpri)

Pintu Masuk Kuburan Londa (foto dokpri)

Kubur Batu, Londa. Setelah melihat langsung prosesi upacara kematian Rambu Solo yang unik di desa Parinding, Rantepao, destinasi berikutnya yang wajib kunjung di Tana Toraja adalah kuburan. Tepatnya kuburan batu.

Berkunjung ke kuburan batu masih satu rangkaian dengan wisata kematian khas Toraja. Seperti dalam postingan sebelumnya, bagi warga Toraja kematian itu bermakna keagungan, memiliki arti lebih penting dari kehadiran atau kelahiran. Sebab kematian akan mendekatkan manusia pada surga.

Dalam Rambu Solo hal itu tergambar dari ‘pesta’ yang digelar secara besar-besaran, melibatkan banyak kerabat dari berbagai daerah, serta penyembelihan hewan kerbau dan babi yang jumlahnya cukup banyak. Banyaknya hewan yang disembelih juga menunjukkan seberapa banyak dana yang dikeluarkan untuk prosesi tersebut yang berujung pada seberapa tinggi ‘derajat’ sebuah keluarga. Ini belum termasuk biaya lain-lainnya, jika menilik jumlah hari yang digunakan ada yang sampai berminggu-minggu lama prosesinya.

Setelah memahami Rambu Solo, belum lengkap rasanya jika kunjungan tak diakhiri dengan menjenguk kuburan batu, tempat ‘akhir’ dari rangkaian prosesi Rambu Solo.

Londa adalah salah satu lokasi pemakaman yang berada di perbukitan. Kuburan dalam konsep Toraja sangat berbeda dari pemakaman yang selama ini dikenal kebanyakan orang Indonesia.

Kuburan atau pemakaman di Londa tidak ditanam di dalam tanah. Jasad sengaja diletakkan di gua batu yang berbeda-beda ketinggian dan letaknya. Konon semakin tinggi letak kuburan seseorang maka makin tinggi pula derajat orang tersebut.

Siapkan Nyali

Untuk mencapai lokasi pemakaman kuburan batu di Londa tidaklah sulit. Lokasi ini cukup populer dan semua masyarakat di Rantepao tahu lokasi ini. Jika ingin berwisata kematian sebaiknya memang menggunakan mobil karena jarak satu tempat ke tempat lain cukup jauh. Kendaraan umum seperti angkot tidak mencapai kawasan pelosok. Satu-satunya yang bisa digunakan adalah ojek.

Sebagai tempat pemakaman, Londa tidak seseram yang dibayangkan banyak orang. Jika pemakaman di tanah Jawa bernuansa sepi dengan tanaman kamboja menghiasi areal pemakaman, maka di sini berbeda. Tak ada suasana mistis apalagi seram. Dari luar, bukit batu tempat persemayaman jasad tampak seperti bukit batu biasa.


Meski tak seseram pemakaman di Jawa, tapi nyali tetap mesti dipersiapkan. Banyak hal tak terduga yang bakal tersaji di hadapan kita.

Tiba di lokasi 2 warga lokal langsung mendatangi rombongan kami. Mereka adalah para pemandu atau guide yang bakal menemani eksplorasi ke dalam bukit batu atau gua. Satu orang membawa lampu petromak yang menjadi sumber penerangan selama di dalam gua. Sementara satu orang lainnya menjadi guide yang menjelaskan mengenai kuburan batu.

Melewati pintu masuk menuju bukit batu, sebuah pemandangan ‘horor’ mulai ada di depan mata. Jajaran peti mati dalam berbagai ukuran diletakkan begitu saja di bukit batu. Tak jauh dari situ ada jejeran boneka khas Toraja yang melambangkan jasad orang yang meninggal dan dikuburkan di tempat ini. Hmm…..

Sebelum masuk ke dalam gua pemandu akan bertanya apa ada anggota rombongan yang takut kegelapan atau takut ruang sempit. Karena gelap dan sempit akan menjadi kondisi yang akan dialami di dalam gua.

Masuk ke dalam gua perasaan campur aduk, antara penasaran dan sedikit ngeri. Maklum masuk ke kuburan euy. Ke pemakaman yang jasadnya dipendam dalam tanah saja kerap memunculkan rasa takut, apalagi ini. Semua jasad diletakkan begitu saja di dalam gua batu.

Namun ada pula yang ditempatkan dalam peti, ada pula yang disandarkan di dinding gua. Beberapa tulang belulang manusia terlihat berserakan di sini. Tak terhitung pula tengkorak yang juga berjajar di sudut gua. Untuk menjelajah seisi gua pengunjung mesti berhati-hati, dinding gua yang sempit membuat pengunjung mesti bergantian melewati lorong demi lorong. Kontur tanah berbatu di dalam gua juga menjadikan gerakan pengunjung serba terbatas.

Untuk mengambil gambar pun mesti bergantian agar mendapat angle terbaik.

Ada Rokok diantara Tengkorak (foto dokpri)

Ada Rokok diantara Tengkorak (foto dokpri)

Meskipun gua yang kami kunjungi merupakan sebuah kuburan namun tampilannya sangat jauh dari kuburan pada umumnya. Lebih tepat jika disebut sebagai museum. Kesan sebagai kuburan hanya berasa dari gelapnya suasana di dalam gua.

Oiya, selama berada di dalam gua pemandu juga berpesan agar kami menjaga lisan dan tindakan. Meski tak memberi contoh ada apa, namun kami langsung paham mengapa ada warning semacam itu.

Satu lagi, yang unik meski jasad hanya dibaringkan dalam gua, namun gua sama sekali tak memunculkan aroma tak sedap. Tak sedikitpun kami mencium bebauan yang menusuk hidung.

Wisata menyambangi kuburan batu di Londa ini memberi kesan mendalam bagi saya. Secara tak langsung memperkaya pemahaman saya mengenai perbedaan budaya di negeri ini. Toraja membuka mata saya betapa indah dan beragamnya Indonesia.

About Post Author

syaifuddin sayuti

Ex jurnalistik tv yang gemar makan dan travelling. social media addict, ex Kepsek Kelas Blogger, admin BRID.
Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %