0 0
Read Time:3 Minute, 0 Second
Iedul Fitri di Laweyan, Solo 2012 (foto: koleksi pribadi)

Iedul Fitri di Laweyan, Solo 2012 (foto: koleksi pribadi)

Jatuh cinta pada pandangan pertama. Begitulah kesan saya terhadap kota Solo di Jawa Tengah. Kerap singgah sejenak di kota ini saat perjalanan mudik ke Jawa Timur. Namun baru beberapa tahun terakhir mencoba dengan sengaja mengeksplor keindahan dan pesona kota ini.

Tatkala mudik lebaran tahun lalu saya dan keluarga ‘terpaksa’ menginap di kota Solo. Saya katakan terpaksa karena memang tidak direncanakan sebelumnya. Setelah terjebak macet di tol Cikampek dan Pantura, pilihan paling rasional adalah menginap di kota terdekat. Entah mengapa kami sepakat singgah dan menginap di Solo.

Meski waktu itu belum pernah dengan sengaja ke Solo, namun bagi kami Solo bukanlah kota yang asing. Selat Solo, serabi Notosuman, nasi liwet adalah beberapa jenis kuliner khas Solo yang sudah saya kenal jauh sebelum kami mengeksplor kota ini.

Dalam persinggahan tak sengaja tersebut kami sempat menjalankan sholat Iedul Fitri di kampung batik Laweyan. Sebuah pengalaman yang luar biasa bagi anak-anak karena pertama kali kami berlebaran jauh dari rumah dan jauh dari orang-orang tercinta.

Solo Kota yang Nyaman

Festival Mangkunegaran, Solo 2013 (foto: koleksi pribadi)

Festival Mangkunegaran, Solo 2013 (foto: koleksi pribadi)

Festival Mangkunegaran, Solo 2013 (foto: koleksi pribadi)[/caption]Kesan lebih lengkap mengenai Solo saya dapatkan saat mengikuti Festival Asean Blogger, Mei lalu. Selama 4 hari banyak yang saya lihat, ikuti dan rasakan. Mulai dari menonton pertunjukan tari, berwisata dengan kereta uap Jaladara, menikmati keriuhan Car Free Day, berburu kuliner khas hingga mengunjungi Keraton Solo.

Di keraton Mangkunegaran saya dan teman-teman blogger dari sejumlah negara Asean menonton pertunjukan tari yang sebagian besar dilakukan oleh anak-anak. Melalui pertunjukan tari yang ditampilkan di pendopo Keraton itu, saya bisa melihat betapa masyarakat Solo bangga akan budayanya yang adiluhung. Mereka juga sangat menghargai seni tradisi. Bagi warga Solo seni adalah darah hidup mereka.

Saat menikmati hari bebas berkendara (Car free Day) di jalan utama Slamet Riyadi, saya bisa melihat sebuah Solo yang bergairah. Tidak hanya melihat warga berolahraga, namun juga berolahrasa. Karena di tepi jalanan yang tertutup untuk kendaraan tersebut, saya bisa menyaksikan pertunjukan ensembel musik yang dimainkan anak sekolah yang memukau, hingga jamin session sejumlah gitaris. Wow..

Momen Asean Blogger, Solo 2013 (foto: koleksi pribadi)

Momen Asean Blogger, Solo 2013 (foto: koleksi pribadi)

Di lokasi itu pula saya bisa menikmati aneka kuliner khas Solo dalam berbagai bentuk. Meski mendapat banyak hal di sini, namun kesan kuat yang saya dapat dari area Car Free Day adalah keramahan alami warga lokal. Mereka sangat peduli pada pendatang, suka menolong, dan yang lebih penting saat bertransaksi jual beli tidak ‘ngerjain’ pendatang. Ini penting karena di beberapa daerah pedagang-pedagang souvenir ataupun makanan menerapkan harga fantastis bagi
pendatang.

Satu yang tak bisa saya lupakan dari kunjungan terakhir ke Solo adalah mendapat kesempatan city tour dengan menumpang kereta uap Jaladara. Karena hanya sebagai kereta wisata, Jaladara tergolong jarang keluar kandang. Jika tak dipesan oleh rombongan dalam jumlah tertentu, kereta ini tak akan dijalankan. Dan saya cukup beruntung bisa merasakan city tour dengan sensasi berbeda.

Saat Jaladara membelah pusat kota Solo, kami jadi pusat perhatian bak selebriti. Warga juga berfoto-foto dengan latar Jaladara yang kami tumpangi. Rupanya tidak semua warga Solo pernah menumpang kereta Jaladara, sehingga keluarnya Jaladara menjadi istimewa bagi mereka.

Sebuah pengalaman yang menarik, yang membuat saya ingin lebih mengeksplor kota Solo jika sempat suatu saat. Uniknya, ketiga anak saya pun langsung jatuh cinta dengan atmosfer Solo yang unik, santai, dan tak terlalu bising. Berita baiknya, saya beserta keluarga akan kembali menjelajahi Solo akhir bulan ini. Yeeehay… Solo bener-bener kota yang ‘ngangeni’.

About Post Author

syaifuddin sayuti

Ex jurnalistik tv yang gemar makan dan travelling. social media addict, ex Kepsek Kelas Blogger, admin BRID.
Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %