0 0
Read Time:1 Minute, 29 Second

Di era 80-an Indonesia pernah punya film layar lebar berjudul Serangan fajar. Film epik sejarah itu bertutur tentang perang dan kepahlawanan. Belakangan tagline serangan fajar digunakan sebagai penyebutan upaya mempengaruhi pilihan dalam pemilu.

Namanya juga serangan fajar, biasanya ini dilakukan pagi hari, ketika matahari belum tinggi. Para pelaku biasanya membagi-bagikan uang, sembako, selebaran atau apapun namanya agar warga yang ‘diserang’ mau digiring untuk memilih calon legislatif tertentu.

Kemarin di Pontianak aksi ini terbongkar. Seorang caleg dari Partai Damai Sejahtera, Herry S.Pd melakukan serangan fajar ke warga setempat dengan membagikan brosur dan kartu berisi nama, nomer pilihan dan foto diri.

Dua orang operator lapangan pelaku serangan fajar dipergoki warga dan panwaslu setempat. Sang caleg dengan polos dan naifnya bilang tak tahu kalau cara seperti itu dilarang dalam pemilu. What? Caleg lagi-lagi ngaku nggak tau aturan main pemilu?

Saya tak tahu apa yang kemudian dilakukan oleh Panwaslu setempat dengan temuan tersebut. Harusnya si caleg kena semprit.

Persoalan yang nyaris sama kemarin menimpa ibu saya. Seorang tetangga memberikan kartu nama bergambar caleg Partai Bulan Bintang, Hj RA Kusumawati Yudhaningrum. Dia caleg nomor 6 Dapil DKI Jakarta 3.

Ibu saya jelas tak mengenal sang caleg karena tak tinggal di lingkungan setempat. Dan reaksi ibu saya hanya senyum-senyum saja, karena tahun ini ibu akan absen dalam pemilu. Bukan karena golput melainkan karena namanya tak ada dalam DPT!

Ini cara-cara berpolitik usang. Memanfaatkan masa tenang untuk berkampanye. Kalau dulu dilakukan saat fajar, kini dilakukan terang-terangan. Nggak malu-malu lagi.

Kerap kali caleg kalau ketahuan berlindung dibalik ketidak tahuan aturan. Pernyataan macam ini cukup aneh, karena harusnya mereka tahu mau masuk gelanggang pertarungan, jadi minimal ‘baca aturan pakainya’ dong!

Dua kasus ini jelas pelanggaran dalam pemilu. Apa tindakan panwaslu selanjutnya? Ini yang menarik. Mari kita tunggu!

About Post Author

syaifuddin sayuti

Ex jurnalistik tv yang gemar makan dan travelling. social media addict, ex Kepsek Kelas Blogger, admin BRID.
Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %