0 0
Read Time:3 Minute, 3 Second

Ada yang lupa saya tuliskan mengenai fenomena seorang Jokowi. Saya memang berjanji akan menulis sesuatu tentang tokoh ini. Tapi saya tunggu sampai proses Pilkada DKI usai. Kenapa Jokowi? Karena ia adalah seorang tokoh sederhana yang punya visi berbeda dari kebanyakan kepala daerah. Seorang yang mendekati tanpa jarak. Seorang pemimpin yang bicara dengan bahasa pasaran tanpa kehilangan wibawa. Ia juga tak ambil pusing dengan serangan SARA yang menimpanya, bahkan tak pernah membalas kampanye hitam yang dihembuskan lawan-lawan politiknya.

Banyak yang kagum karena kesantunan politik yang dimilikinya. Tak banyak politisi yang santun dan memegang teguh etika dalam berpolitik, dan Jokowi adalah satu dari yang sedikit itu. Umumnya politisi senang menyerang dengan kata-kata atau sikap kepada para lawannya. Bahkan tak jarang saling melontarkan celaan demi membentengi posisinya. Dan publik (harus) dipaksa menelan perang urat syaraf antara politisi di media, padahal belum tentu penting.

Saya tahu nama Jokowi sejak banyak media mengungkap profilnya. Konon Jokowi adalah pemimpin yang “malas” duduk-duduk di ruang kerja. Ia lebih senang turba alias turun ke bawah, menyambangi warganya di Solo sana. Bahkan dalam soal penataan pedagang kaki lima iapun terjun langsung bernegosiasi dengan PKL. Tak selalu berhasil memang, tapi ia selalu punya jurus jitu, menempatkan PKL bukan sebagai musuh. Ia ‘ngewongke’ atau ‘mengorangkan’ para pedagang, karena bagaimanapun para pedagang itu punya andil memberi pemasukan pada kas daerah.

Dalam bulan-bulan terakhir ini nama Jokowi tak hanya menghiasi media di Solo, tapi juga di Jakarta. Namanya jadi magnet baru, jadi sandaran akan mimpi sebuah Jakarta yang lebih manusiawi. Penampilannya yang ‘ndeso’ dengan baju kotak-kotak ala Tanah Abang justru menjadi trend setter. Baju itu bukan hanya menjadi ciri yang membedakan Jokowi dengan kandidat lain di ajang 5 tahunan itu. Baju kotak-kotak telah menjadi bahasa perlawanan terhadap pemimpin yang arogan, terhadap kebijakan penataan kota yang amburadul.

Sisi manusiawinya ibukota memang sudah lama menghilang. Kota ini berubah menjadi sosok yang angkuh, yang
hanya nyaman bagi segelintir kalangan. Saya merasakan itu, betapa selain kualitas udara yang buruk, rasa aman pun makin menghilang. Tawuran pelajar, antar warga, antar geng, antar ormas menjadi makanan sehari-hari warga Jakarta. Anehnya, tak pernah ada penyelesaian yang tuntas, selalu berulang. Dan puncak kengerian itu saya rasakan saat terjadi pembantaian di RSPAD beberapa waktu lalu. Tempat yang harusnya steril dari tindak kriminalitas, sekarang jadi tempat jagal.

Masih banyak hal lagi yang membuat kota ini makin tak nyaman ditinggali. Daftarnya bisa panjang dan tak akan selesai didiskusikan dalam 1×24 jam. 🙂

Dan seperti sudah diduga, hasil Pilkada 2012 menempatkan Jokowi-Ahok sebagai pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2012-2017. Jokowi unggul di 5 wilayah DKI dengan 53,82 persen suara, sementara Foke-Nara hanya memperoleh 46,18 persen. Hasil ini tak meleset dari hitung cepat (quick count) yang dilakukan sejumlah lembaga survey. Angkanya hanya terpaut tak lebih dari 1-2 persen.

Hari ini Jokowi ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) DKI Jakarta sebagai gubernur DKI Jakarta yang baru. Ia akan dilantik 7 Oktober pekan depan. Sebagai warga biasa saya hanya bisa mengucapkan selamat bertugas Gubernur Jokowi. Di pundak anda harapan warga Jakarta tersandar. Saya tak mau menagih apapun, cuma satu saya inginkan yaitu Jakarta jadi lebih nyaman ditinggali.

Sebuah harapan sederhana, namun saya yakin tak sesederhana itu untuk mewujudkannya.

Saya juga berpesan, jangan tambah lagi Mal di Jakarta. Yang ada sepertinya sudah cukup bikin macet tiap akhir pekan. Saya berharap bangun lagi pusat-pusat kesenian, perbanyak taman-taman kota di tiap wilayah sehingga warga tak harus tersedot ke satu titik keramaian.

Buat parpol yang mendukung ataupun tidak, saya berharap tak merecoki Gubernur dan wakilnya dengan banyak permintaan. Biarkan mereka bekerja, sambil kita awasi bersama dan kita tunggu realisasi janjinya. Kalau melanggar kita jewer bareng-bareng!

About Post Author

syaifuddin sayuti

Ex jurnalistik tv yang gemar makan dan travelling. social media addict, ex Kepsek Kelas Blogger, admin BRID.
Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %